Lewati ke menu navigasi utama Lewati ke konten utama Lewati ke footer situs

Artikel

Vol 1 No 2 (2019): E-Jurnal Kartarahardja 2019 Semester II

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI KABUPATEN MALANG

Diterbitkan
Desember 20, 2019

Abstrak

Jawa Timur merupakan salah satu dari 18 provinsi yang memiliki proporsi status gizi balita pendek dan sangat pendek dengan prevalensi tinggi (30% - <40%) dan Kabupaten Malang merupakan salah satu dari 100 kabupaten/kota prioritas intervensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi balita stunting di Kabupaten Malang. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik Case Control dengan pendekatan retrospective yang merupakan suatu rancangan pengamatan epidemiologis untuk mempelajari hubungan tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni-Agustus 2019. Jenis data yang dikumpulkan meliputi tingkat pengetahuan ibu, pola asuh, ketahanan pangan rumah tangga, pelayanan kesehatan, akses sumber air bersih, tingkat ekonomi, sosial budaya, pengasuhan balita, dan penyebab stunting. Dikumpulkan dengan cara observasi, penimbangan, dan wawancara. Berdasarkan pengolahan data diperoleh Pengetahuan gizi ibu balita stunting 60% tergolong kategori baik. Pola asuh balita stunting yang kurang tepat. Ketersediaan dan ketahanan pangan dalam keluarga balita stunting sebesar 76% tergolong kurang dan rawan pangan. Pelayanan kesehatan ibu balita stunting selama kehamilan meliputi pemberian tablet tambah darah sebesar 98% tetapi berdasarkan hasil wawancara sebagian besar tidak dikonsumsi. Akses sumber air bersih keluarga balita stunting sebanyak 98% berasal dari PDAM dan sebanyak 2% berasal dari sumur tertutup. Tingkat ekonomi keluarga balita stunting sebesar 96% berada dibawah UMR Kabupaten Malang. Sosial budaya makan keluarga balita stunting 13% memiliki pantangan makanan saat hamil hingga menyusui. Pengasuhan balita stunting sebagian besar diasuh oleh ibu sebayak 76% dan diasuh oleh nenek atau saudara sebanyak 24%. Penyebab adanya kejadian stunting berdasarkan faktor yang paling mempengaruhi sesuai urutan yaitu: pendapatan keluarga, pemberian ASI eksklusif, besar keluarga, pendidikan ayah balita, pekerjaan ayah balita, pengetahuan gizi ibu balita, ketahanan pangan keluarga, pendidikan ibu balita, tingkat konsumsi karbohidrat balita, ketepatan pemberian MP-ASI, tingkat konsumsi lemak balita, riwayat penyakit infeksi balita, sosial budaya, tingkat konsumsi protein balita, pekerjaan ibu balita, perilaku kadarzi, tingkat konsumsi energi balita, dan kelengkapan imunisasi balita.

Referensi

Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas). Pustaka Kesehatan, 3(1), 163–170.
Astari, L. D., Nasoetion, A., & Dwiriani, C. M. (2005). Hubungan karakteristik keluarga, pola pengasuhan dan kejadian stunting anak usia 6-12 bulan. Media Gizi dan Keluarga, 29(2), 40-46.
Hidayati, L., Hadi, H., & Kumara, A. (2010). Kekurangan energi dan zat gizi merupakan faktor risiko kejadian stunted pada anak usia 1-3 tahun yang tinggal di wilayah kumuh perkotaan Surakarta.
Hien, N. N. dan S. Kam. 2008. Nutritional Status and The Characteristics Related to Malnutrition and Children Under Five Years of Age in Nghean, Vietnam. J Prev Med Public Health, 41(4):232-240.
Kumar, Dinesh, et al. 2006. Influence of Infant Feeding Practices on Nutritional Status of Under Five Children. Indian J Pediatr, 73(5):417-421.
Kusumawati, E., Rahardjo, S., & Sari, H. P. (2015). Model pengendalian faktor risiko stunting pada anak bawah tiga tahun. Kesmas: National Public Health Journal, 9(3), 249–256.
Masrin, M., Paratmanitya, Y., & Aprilia, V. (2016). Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan stunting pada anak usia 6-23 bulan. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 2(3), 103–115.
Masithah, T., Soekirman, M. D., & Martianto, D. (2005). Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak batita di Desa Mulya Harja. Media Gizi dan Keluarga, 29(2), 29-39.
Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2016). Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia, 10(1), 13–19.
Neldawati. 2006. Hubungan Pola Pemberian Makan pada Anak dan Karakteristik Lain dengan Status Gizi Balita 6-59 Bulan di Laboratorium Gizi Masyarakat Puslitbang Gizi dan Makanan (P3GM) (Analisis Data Sekunder Data Balita Gizi Buruk Tahun 2005) (Skripsi). Depok: FKM UI.
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Rahayu, A., & Khairiyati, L. (2014). Risiko pendidikan ibu terhadap kejadian stunting pada anak 6-23 bulan. Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 37(2), 129–136. http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v10i1.13-19
Taguri, A. E. et al. (2008). Risk Factor for Stunting Among Under Fives in Libya.Public Health Nutrition: 12 (8). 1411-1149
Teshome, Beka, et al. 2009. Magnitude and Determinants of Stunting in Children Under Five Years of Age in Food Surplus Region of Ethiopia: The Case of West Gojam Zone. Ethiop. J. Health Dev., 23(2):98-106.
Mann, J. dan Truswell, A, S. 2002. Essential of Human Nutrition. Oxford University Press. New York
Jackson, A., & Calder, P. C. (2004) “ Handook of Nutrition and Immunity (Servere Undernutrition and Immunity). M. Eric Greshwin, M. E. Nestel, P., & Keen, C.L., (Ed). Humana Press. 77